Where are the Indonesians? | Healthcare Asia Magazine
, Singapore

Where are the Indonesians?

Is medical tourism now one of Singapore's weak spots?

Conventional wisdom states that when you build a new hospital in Singapore, foreign patients will inevitably come. But what if they stop coming? Singapore is finding out that it may just be at the point where its best-in-class hospitals are too pricey for many of the wealthy foreigners they were relying on to fill up their beds.

IHH Healthcare, the bellwether listed healthcare firm that runs the Mount Elizabeth hospitals, among others, recently noticed that its Indonesian patient numbers were down. Indonesians have long been the dominant force in medical tourism to Singapore and the fact that they are  no longer coming to the same extent  should be of some concern.

Part of the reason is the weakness in the Indonesian currency, which has dropped almost 20% against the
Singapore dollar over the year. Add to that wage inflation, which has been running red hot in Singapore, and it’s a recipe for more expensive healthcare.

IHH was forced to raise wages by 13%, and wages account for a third of their revenues.  The group did see an increase in local patients and foreign patients from nontraditional markets such as the Middle East and Myanmar which made up for the drop in Indonesians.

IHH reckons that emerging markets will see strong demand for quality private healthcare,  in the face of changing demographics in its home markets, rising affluence and an increasing number of medical travellers from non-traditional markets. That is a good thing for IHH, but it does beg the questions: where have all the Indonesians gone and just how much medical inflation can Singapore bear and remain competitive?

The group is also diversifying; most recently buying Radlink-Asia, outpatient diagnostic and molecular imaging services firm, from Fortis Healthcare Singapore for S$137m. The days of relying on Indonesian patients to fill ever more private hospital beds in Singapore has ended. 

Pemindaian AI terkini meningkatkan diagnosa di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital

Rumah sakit di Taiwan ini menggunakan teknologi endoskop yang dibantu AI untuk mendeteksi polip dan kamera resolusi tinggi untuk telemedis.

Kejeniusan dalam ‘SuperApps’ untuk perawatan kesehatan adalah akses dan jangkauan

Rumah sakit yang merangkul digitalisasi tetap unggul dalam layanan kesehatan.

Rumah Sakit Kanker Dharmais memimpin inovasi pelayanan kanker di Indonesia

Direktur Utama RS Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo mengungkapkan teknologi canggih dan tujuh program unggulan untuk perawatan kanker.

Healthway Cancer Care Hospital memajukan perawatan holistik dengan harga yang wajar

Rumah sakit mengharapkan program kualitas dan kelangsungan hidup yang melayani keseluruhan perjalanan pasien.

MakatiMed menuju perawatan bedah presisi dengan sistem robotik Da Vinci Xi

Teknologi ini memungkinkan teknik invasif minimal dalam bidang urologi, hepatobilier, kardiovaskular, toraks, kebidanan dan ginekologi, serta bedah umum.

Indonesia memperluas dukungan solusi kesehatan menggunakan AI

Kolaborasi dengan Google Cloud sejalan dengan cetak biru pemerintah untuk transformasi kesehatan digital.

Indonesia merancang rencana induk untuk pengembangan kesehatan terpadu

Rencana induk sektor kesehatan negara (RIBK) selaras dengan mandat Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.

The Medical City membuka jalan bagi integrasi AI dalam layanan kesehatan lokal dan penelitian dengan Lunit

AI telah diintegrasikan ke dalam layanan mamografi dan rontgen dada di jaringan rumah sakit ini.

Mayapada Healthcare Group meraih prestasi besar di Healthcare Asia Awards 2024

Pendekatan holistik yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut mendorongnya maju dan menjadi standar industri.

Rumah Sakit Kanker Dharmais meraih dua kemenangan di Healthcare Asia Awards 2024

Sumber daya manusia yang kompeten, layanan, fasilitas, dan infrastruktur unggul membantu rumah sakit memberikan perawatan pasien yang sangat baik.